Namaku Reno, dan aku adalah mahasiswa di sebuah PTS ternama di Jogja. Meski aku kuliah di Jogja, tapi aku punya usaha yang cukup untuk aku bisa menepuk dada di depan Orang lain terutama untuk seusiaku, bagaimana tidak jika aku berangkat kuliah naik Great Corolla hasil jerih payahku sejak aku SMA yaitu bisnis ternak ayam potong.
Memang sih sepertinya kurang keren, bagiku itu tidak masalah selama hasilnya bisa mencukupi kebutuhanku bahkan lebih hingga aku pun mulai mengenal dunia malam, dunia gemerlap.
Hingga pada suatu malam aku menghabiskan waktuku bersama
teman2ku di sebuah klub malam, waktu sudah menunjukkan pukul 1 Dini hari. Aku
pun pamit karna pagi nanti aku ada janji dengan klien yang ingin bekerja sama
denganku. Biasanya kalau sudah begini aku memilih tidur di kandang ayamku
daripada pulang ke kost karna bakalan bangun kesiangan dan malas untuk ke
kandang yang letaknya 50 kilometer dari kostku. Setidaknya kalau aku bangun
kesiangan aku gak perlu menempuh jarak puluhan kilo dengn posisi masih ngantuk
dan tergesa-gesa karna ditunggu klien baruku yang akan menjadi langgananku
nantinya. Meski sebenarnya ada beberapa karyawanku tapi aku lbih puas jika
bertemu langsung dengan para klienku.
Meski sedikit kantuk dan masih terpengaruh
alkohol tapi aku masih punya sisa kesadaran untuk nyetir malam. Hingga di suatu
tempat tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok wanita yang melambaikan
tangannya untuk menarik perhatianku, aku coba menebak kalau ibu-ibu ini hendak
numpang ke pasar induk yang tak jauh dari tempat usahaku, karna memang sedari
tadi aku belum melihat kendaraan angkutan, hanya beberapa kendaraan pribadi
yang mungkin tidak mau berhenti untuk memberikan tumpangan. Ya iyalah dini hari
jalanan sepi dan harus memberi tumpangan untuk orang tak dikenal, siapa yang
mau?
Kecuali aku yang mungkin karna terpengaruh alkohol tak ada
rasa was2 entah ibu itu komplotan perampok atau bahkan mahluk halus. Aku pun
menghentikan mobilku tepat di depan ibu itu, kubuka kaca jendelaku, kulihat
seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan mengenakan kebaya, samar-samar wajahnya
tidak jelek dan cantikpun tidak, tapi belahan dadanya yang kulihat dibalik
selendangnya yang terurai karna berusaha menunduk agar bisa bertatap muka dwnganku
yang masih duduk di kemudi sedan kesayanganku membuatku berfikir licik.
Tanpa berbasa-basi ibu itupun meminta tumpangan
untuk ke pasar induk, tapi karna aku yang masih sedikit mabok dan melihat
belahan dada ibu itu kembali saat ibu itu berusaha mengangkat sayuran dalam
bakul yang diletakkannya di tanah untuk dibawa masuk kedlam mobilku. dan
kemudian mengetuk pintu belakang seolah minta dibukakan pintu, dengan berat
hati kutarik handle dari dalam dan ibu itu meletakan barang dagangannya diatas
jok mobil yang beberapa hari lalu aku lapisi kulit di bengkel variasi. Dengan
sedikit ketus aku meminta ibu itu untuk duduk di depan saja, si ibu yang
sedikit canggung ahkirnya mau juga pindah duduk di depan sambil terus meminta
maaf karena merepotkanku. Dan niat jahatku tiba-tiba muncul ketika aku melirik
si ibu dan sepintas melihat belahan dadanya
Entah karna aku masih terpengaruh alkohol. Ahirnya sedapatnya aku berusaha menguasai keadaan;
“ gak papa kok bu numpang mobil saya,
asal saya boleh numpang juga sama ibu?”
Kataku
Raut wajahnya yang semula lega karna dapat tumpangan mendadak jadi cemas dan ia pun sedikit ketus menjawab;
“ maksud mas apa? Saya cuma mau numpang,
tapi kalau mau saya juga bisa bayar!”
Katanya
Dengan nada agak marah.
Sambil berusaha mencari handle pintu beberapa saat kemudian ia menyerah karna pintu sudah aku kunci dengan central lock.
“ ayolah bu aku cuma numpang tangan ibu buat
ngocokin kontolku bu. gak ada yang tahu
dan ibu bisa sampai pasar lebih pagi “
Selorohku
Si ibu mendadak lebih tenang meski pandangannya masih mengarah keluar, aku pun menoba meraih tangannya dan meletakkannya di kontolku yang sudah mulai mengeras sejak kukeluarkan dari celana ketika ibu itu marah2. Mungkin karena penasaran dengan ukuran kontolku yang diatas rata-rata, ahkirnya ibu itu membalikkan badannya dan kembali meletakkan tangannya tepat diatas kontolku kali ini tangannya lebih mencengkeram sambil memalingkan muka
“ ya udah mas, ayo jalan.”
Katanya
Bak gayung bersambut mobil pun mulai kujalankan sambil ibu itu megelus kontolku. Entah aku merasa dicurangi atau karna memang aku sudah gak kuat menahan nafsu karna dari tadi si ibu hanya mengelus kontolku tanpa bersemangat, ahkirnya ketika. Aku melewati sebuah hutan, kubelokkan mobilku masuk ke jalan setapak, dan si ibu pun sedikit protes karna aku sudah keluar jalur. Aku menghentikan mobil dan melompat ke jok belakang, dengan nada sedikit keras
“ sini bentar buk... si ibu berusaha menolak dengan berkata
mau ngapain mas? Sudah bu, sini bentar keburu subuh”
Kataku.
Ahkirnya si ibu itupun menuruti permintaanku untuk pindah ke
jok belakang. Dengan mencincingkan kain batiknya si ibu melompat ke jok
belakang. Aku pun dengan sigap menyambut tubuhnya dan mendaratkannya di
pangkuanku, kusingkapkan kain batik yang membalut bagian bawah tubuhnya lalu
kuremas makinya dengan tangan kiriku d tangan kananku pun meremas toketnya yang
sejak tadi. Mengganggu pikiranku.
Akhirnya karna aku sudah tak kuat dan waktu juga
keburu subuh kulepas celana dalam si ibu yang bisa dibilang sudah rombeng di
beberapa bagian, pantatnya kuangkat sambil tangan kiriku memperbaiki posisi si
konti agar mudah menemukan lubang mekinya dan jleb.... kuremas dua gunung
kembarnya saat kontiku masuk kedalam liang kenikmatannya... sesekali si ibu
berusaha mengangkat pinggulnya untuk mengock kontolku dengan vaginanya, aku pun
menggerak-gerakkan pinggulku meski dengan gerakan tak beraturan hungga
ahkirnya... jruuuuthhh.
Creeet crreet... aku pun mencapai puncak
kenikmatan tanpa peduli pada kepuasan si ibu dan memindahkannya duduk
disampingku, segera aku berpindah ke kursi kemudi sambil merapihkan celanaku
dan melaju ke arah pasar induk. Sesekali kulihat dari kaca spion ibu itu masih
sibuk merapihkan kebaya dan kain batiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar