Cerita pemerkosaan ini terjadi pada saat aku masih
bekerja sebagai penulis di rumah bos saya. Saya adalah seorang penulis yang
bekerja pada seorang agen penulisan, sebut saja nama bosku ini Marwan. Bosku
ini menggunakan salah satu kamar rumahnya untuk dijadikan kantor tempat
bawahannya bekerja. Saat ini Marwan hanya memiliki satu orang bawahan yaitu
saya sendiri.
Pekerja Marwan yang lain telah keluar karena perlakuan bosku yang tidak adil.
Bosku sering kali memotong, bahkan tidak membayar pekerjaan bawahannya. Namun
bosku tetap tidak belajar dari pengalamannya, bosku tetap tidak membayar hasil
kerja dari pekerja terakhirnya ini. Tidak hanya itu, bosku memiliki sifat yang
suka berselingkuh. Saya sering kali disuruh menginap di rumahnya untuk
menyelesaikan banyak pekerjaan yang sering kali tidak dibayar. Sebenarnya, saya
sendiri sudah ingin keluar saat itu. Namun, saat itu aku masih memiliki uang di
bosku yang tidak bisa kutinggalkan begitu saja.
Setelah sekian banyaknya pekerjaanku yang tidak dibayar, aku mulai berpikir
untuk memanfaatkan keadaan. Istri bosku adalah seorang wanita yang cantik,
sebutlah namanya Rita. Hampir semua orang yang datang ke rumah Marwan, datang
karena istrinya. Namun, sayang Marwan adalah tukang selingkuh. Malam-malam
selama aku menginap selalu dipenuhi oleh pertengkaran suami istri di tengah
malam. Marwan biasanya pergi pada pagi atau siang hari dan pulang tengah malam
setiap hari. Setelah pulang, Marwan mulai bertengkar di tengah malam dan
mengganggu siapapun yang mendengarnya. Saat malam, istrinya selalu tidur
menunggu Marwan pulang tengah malam.
Pada suatu malam, aku sedang menginap di rumah pak Marwan untuk ngeprint beberapa buku. Jam sepuluh malam marwan belum pulang ke rumah. Aku tahu Marwan sedang meniduri selingkuhannya atau sedang dalam perjalanan pulang.
“Ngapain sih selingkuh? Istri sudah cantik seperti Rita di
sia-siakan seperti itu, sedang hamil pula!”
Pikirku
Aku menunggu mesin prin di depanku.
Pada saat itu aku tersadar dan berpikir
“Benar! Sia-sia sekali istri secantik itu dibiarkan begitu saja!
Kukerjai saja dia sebagai ganti upah kerjaku yang tidak Marwan bayar.”
Kataku lagi
Aku mulai memikirkan rencana untuk mengerjai
istri Marwan, bosku sendiri. Aku tahu kalau pintu yang memisahkan tempat
kerjaku dan rumah utama telah macet dan tidak bisa dikunci. Aku bisa
mengerjai istri bosku dengan bebas, aku hanya perlu berhati-hati saat
melakukannya agar tidak ketahuan. Aku berusaha mendengarkan dari balik pintu
suara tidur di rumah utama. Setelah yakin bahwa tak ada suara tanda-tanda
aktivitas di dalam rumah utama, aku memberanikan diri untuk membuka pintu. Pintu
itu cukup didorong sedikit agar bisa terbuka karena kuncinya sudah rusak. Aku
mendorongnya perlahan agar tidak menimbulkan suara keras. Satu desakan lembut,
dan pintu tersebut terbuka. Aku mengintip sedikit memastikan bahwa istri Marwan
tertidur pulas.
Matanya
tertutup, nafasnya teratur, saatnya bersenang-senang. Aku merangkak dan
mendekat perlahan-lahan dengan jantung berdetak keras dan nafas memburu. Rasa
takut ketahuan dan terangsang bercampur, sungguh campuran perasaan yang menarik
dan menyenangkan. Setelah dekat, aku memandang tubuh istri bosku dengan takjub.
Kulit putih yang yang tampak sangat halus. Tubuh yang indah dengan wajah yang
cantik ini telah membuat banyak pria ingin menidurinya. Perutnya membuncit karena
dia sedang hamil lima bulan,
“Kejam
sekali Marwan, istri sedang hamil dia
malah selingkuh dengan perempuan lain.”
Kataku dalam hati.
“kalau Marwan tidak mau istrinya,
sebaiknya untukku saja.”
Pikirku
Lagi pula aku selalu penasaran dengan wanita hamil. Rita tidur dengan posisi membelakangiku dengan kaki terbuka. Baju dasternya yang berwarna biru tua tersingkap hingga memperlihatkan kaki indahnya yang berwarna putih. Celana dalamnya yang berwarna krem terlihat dengan jelas, aku yakin tindakanku ini benar-benar di luar dugaan mereka. Aku menyingkapkan daster Rita untuk melihat tubuhnya lebih banyak lagi. Terlihatlah seluruh pantat istri bosku di depan mataku. Pelan-pelan aku mengelusnya dari paha hingga ke pantatnya, agar Rita tidak terbangun. Aku sangat takut jika istri bosku tiba-tiba terbangun dan melihat perbuatanku padanya, aku akan berada dalam masalah besar. Aku menciumi pantat Rita dan terkadang menjilatnya sedikit. Saat aku sedang menikmati pantat istri bosku, tiba-tiba aku mendengar suara motor mendekat.
“Marwan pulang!”
pikirku dengan panic.
Aku merapikan daster Rita
Dan segera kembali ke ruangan tempat kerjaku. Mesin prin masih terus mengeprin buku yang seharusnya aku awasi. Setelah menanyakan pekerjaanku, Marwan dan Rita kembali melakukan rutinitasnya bertengkar di tengah malam. Keesokan paginya Marwan mengizinkan aku untuk pulang sebentar dan tidur dan tidur beberapa jam. Siangnya aku ditelepon untuk datang lagi ke rumah Marwan dan meneruskan proses mengeprin buku. Tak lama kemudian, Marwan pergi dengan alasan akan pergi ke beberapa penerbit.
“Padahal tak usah berbohong karena baik aku ataupun
istri Marwan sudah mengetahui Marwan akan
pergi ke tempat selingkuhannya.”
pikirku dalam hati.
Setelah pertengkaran yang cukup hebat dengan istrinya, pergilah Marwan dari rumah. Sekali lagi, seperti biasa, Marwan meninggalkan istrinya serumah dengan pria lain. Jam setengah sepuluh malam rumah sudah sepi, hanya suara mesin prin yang sedang bekerja.
“Saatnya aku beraksi”
Pikirku
Aku menyiapkan kertas yang banyak di mesin prin.
Aku mendorong pintu dan masuk ke kamar tidur Rita. Rita sedang tidur nyenyak dengan pakaian yang tersingkap hingga mencapai dadanya.
“Wow! Kemarin aku puas menciumi pantatnya,
sekarang ke payudaranya ah!”
Pikirku.
Aku menaikkan dasternya lebih tinggi lagi,
hingga seluruh payudaranya terlihat. Aku meremasnya perlahan dan menciuminya. Kemudian,
aku tertarik untuk melihat puting payudaranya. Aku menarik BH Rita ke bawah
perlahan-lahan. Aku takut Rita terbangun saat aku sedang melucuti pakaiannya.
Ternyata puting istri bosku sangatlah lucu, mirip dengan puting payudara
anak-anak. Puting payudara Rita ukurannya kecil, berwarna coklat gelap,
lingkaran sekelilingnya pun tidak besar. Aku tidak tahan lagi, aku ingin
menghisap payudaranya, walaupun aku takut Rita terbangun. Aku membuka mulutku
dan bersiap menghisap puting coklat Rita. Mulutku menutup puting Rita berada
dalam dalam bibirku.
Aku berhenti
sebentar dan memperhatikan wajah istri bosku, takut Rita terbangun. Aroma
puting payudaranya sangat wangi, seperti wangi vanilla, kusadari dia sedang
hamil dan payudaranya sedikit basah. Kemudian aku menghisapnya perlahan-lahan
dan selembut mungkin. Beberapa lama aku menghisap puting payudara istri bosku
yang wangi dan lezat. Aku mulai lupa diri dan ingin menusukkan penisku ke
vagina Rita. Aku kemudian memposisikan tubuhku agar dapat menyetubuhi Rita.
Walau aku takut dia terbangun, aku ingin mencoba terlebih dahulu. Aku menarik
celana dalam Rita dari belakang dengan perlahan. Tak lama kemudian aku berhasil
melihat belahan pantatnya. Kemudian diikuti dengan lubang pantatnya dan lubang
vaginanya.
Lubang pantat Rita berwarna coklat gelap, bergerak-gerak mengikuti irama nafas
Rita, Kadang lubang tersebut berkedut-kedut beberapa kali, aku tidak tahu
mengapa. Kemudian aku mulai memposisikan tubuhku untuk menyetubuhi Rita. Aku
menempelkan kepala penisku ke vagina Rita untuk melihat reaksinya. Rita
terlihat masih tidur dan belum terbangun sama sekali, tampaknya Rita kalau
sudah tertidur sulit untuk bangun. Aku menjadi semakin berani untuk menyetubuhi
Rita. Aku menekan penisku ke dalam vagina Rita lebih dalam dengan perlahan. Aku
sempat merasakan sempitnya vagina Rita dan panas tubuhnya di sekeliling
penisku.
Namun, tiba-tiba Rita melenguh keras dan menutup kakinya hingga penisku
tertarik keluar. Aku kaget setengah mati, kukira Rita akan terbangun dan
memergokiku sedang menyetubuhinya. Penampilanku sekarangpun sudah tidak bisa
disangkal dengan penis tegang keluar dari celana. Pakaian Rita-pun sedang dalam
posisi hampir terbuka. Aku segera merapikan pakaian Rita dan pergi dari kamar
tidurnya. Kemudian melanjutkan pekerjaanku mengawasi mesin prin. Tak lama
kemudian, Marwan pulang dan menanyakan pekerjaanku.
Aku mulai
berpikir untuk mengerjai Rita dengan lebih cepat dan tidak perlahan-lahan.
Terlalu banyak waktu terbuang hanya untuk berhati-hati dan takut ketahuan.
Marwan keburu pulang dan resiko ketahuan yang besar menjadi pikiranku selama
beraksi. Kemudian aku mendapat ide untuk menggunakan obat tidur. Aku segera
mencari di internet untuk membeli obat tidur. Setelah memesan, obat tidur
tersebut datang tiga hari kemudian. Aku menyusun rencana untuk menggunakan obat
tidur tersebut pada Rita.
Malamnya Marwan sedang pergi dan Rita sedang menonton televisi di ruang tamu.
Kemudian aku segera membuat alasan untuk membuat kopi agar dapat masuk ke rumah
utama. Begitu Rita lengah aku memasukkan obat tidur cair ke minumannya dan
kedua anaknya yang masih kecil. Aku masuk kembali ke ruang kerjaku. Setelah
kutunggu lama suara televisi masih menyala, namun tidak terdengar suara Rita
ataupun anak-anaknya.
Aku
memberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu dengan cara normal. Setelah aku
masuk ternyata Rita dan kedua anaknya masih berada di ruang tamu. Rita tertidur
di kursi dan anaknya tertidur di lantai masih memegang mainan yang sedang
dimainkannya. Aku menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa aku akan memperkosa
wanita hamil yang sedang tidur. Aku kemudian menguji apakah istri bosku sudah
sudah benar-benar tertidur atau belum.
“Teh Rita, teh Rita bangun”
Kataku
Aku menepuk dan menggoyangkan tubuhnya.
Rita tidak juga bangun dan masih tertidur
pulas. Untuk meyakinkan aku meremas payudaranya perlahan, kemudian aku
meremasnya dengan keras untuk melihat reaksinya. Ternyata Rita tidak juga
terbangun, nampaknya obat tidur tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.
Kemudian aku
menyeret tubuh istri bosku ke kamar tidurnya. Aku tak punya banyak waktu karena
Marwan akan segera pulang dan aku tak ingin dia memergokiku sedang memperkosa
istrinya. Aku cepat-cepat membuka bajunya dan bajuku sendiri. Kuciumi seluruh
badannya dengan penuh nafsu, karena aku tahu kini apapun yang kuperbuat Rita
takkan terbangun. Kuposisikan tubuh Rita dengan posisi terlentang hingga aku
bebas menjamah seluruh tubuhnya. Perutnya yang sedang hamil tampak membusung ke
atas. Kemudian aku menghisap puting payudaranya, tidak seperti beberapa hari
lalu, malam ini aku menghisapnya dengan keras.
Kuremas
payudara Rita yang satu lagi, satu kuremas, satu kuhisap terkadang bergantian.
Setelah beberapa lama, kurasakan tanganku basah di payudara Rita, dan hanya ada
satu penjelasan, ini air susu Rita. Setelah terpana sebentar, aku mulai
menjilati air susunya. Ternyata rasanya cukup enak dan wangi. Aku masih belum
puas merasakan air susu Rita dan masih ingin terus meminumnya. Aku menghisap
air susu Rita dari puting payudara, kuremas kemudian setelah susunya keluar aku
hisap hingga habis, terus seperti itu. Setelah beberapa saat aku tahu teknik
untuk mengeluarkan air susunya tanpa harus meremasnya dengan tangan. Setelah
aku merasa enek, enek karena air susu yang seharusnya untuk bayi, lucu sekali.
Karena aku merasa sudah cukup puas dengan payudaranya, aku ingin melakukan hal
yang lain. Aku melihat bibir Rita yang indah dan jadi sangat ingin menciumnya.
Aku mendekatkan wajah dan mencium bibirnya. Rasa mulut Rita jujur saja rasa mi
instan, sepertinya di baru makan mi instan. Aku mengeluarkan penisku dan
mendekatkannya ke wajah Rita. Setelah menggosokkannya ke bibir Rita, aku
menekan penisku ke dalam mulut Rita. Setelah memasuki mulut Rita aku mulai
menggerakkan penisku keluar masuk. Mulut Rita dipenuhi penisku dan becek karena
liurku. Kemudian Rita bergerak secara reflek berusaha mengeluarkan penisku dari
mulutnya.
“Sayang sekali…”
Pikirku dalam hati.
Aku
mengganti tergetku pada vaginanya, yang belum kusentuh dari tadi. Aku membuka
kedua kaki Rita hingga posisinya kini mengangkang, siap dimasuki penisku. Aku
tidak ingin melakukannya dengan pelan, aku ingin melakukannya dengan keras dan
kasar, toh Rita takkan terbangun kali ini.
Kugosokkan penisku di bibir lubang vagina Rita agar tak meleset saat
kumasukkan. Setelah letaknya tepat aku segera bersiap untuk memasukkan penisku
ke vagina Rita. Dengan satu hentakan keras, BLESSS aku menusukkan penisku ke
dalam vagina Rita sekuat tenaga. Rita tetap diam saja, hanya ekspresi wajahnya
yang sedikit mengerut.
Aku mendiamkan sebentar penisku di dalam vagina Rita, mencoba meresapi panas
tubuhnya dan gerakan di dalam vaginanya. Vagina Rita seakan bernapas dengan
jepitan yang mengeras dan mengendur di sekeliling penisku. Penisku mulai
kukeluarkan dan kuhentakkan kembali dengan keras. Aku melakukannya beberapa
kali karena setiap kali melakukannya vagina Rita berkedut-kedut di bagian dalam.
Setelah melihat jam, ternyata sudah lewat setengah jam sejak aku mulai bermain
dengan tubuh Rita. Aku mulai menggenjot badan Rita dengan cepat dan kuat. PLOK
PLOK PLOK PLOK suara paha kami saat bertemu karena genjotanku. Sambil terus
kugenjot, aku menciumi seluruh permukaan tubuhnya. Lenguhan-lenguhan kecil
keluar dari bibirnya yang indah. Payudara dan seluruh dadanya kujilati,
kuremas, dan kuhisap dengan rakus. Perutnya yang membusung kupeluk dan kuciumi
pula, aku ingin merasakan dengan jelas kalau aku sedang memperkosa wanita hamil
dan berjilbab pula.
Sekarang
yang membuatku bingung adalah apakah aku harus mengeluarkan maniku di luar atau
di dalam. Setelah hampir setengah jam menggenjot tubuh Rita, aku merasakan
maniku sudah siap keluar. Pada saat merasakan sudah mencapai puncaknya, aku
memutuskan untuk mengeluarkan maniku di dalam vagina Rita. Kutekan keras
penisku ke dalam vagina Rita agar maniku keluar di tempat paling dalam di tubuh
Rita. CROT CROT CROT maniku akhirnya keluar di dalam vagina Rita. Aku dapat
merasakan maniku keluar dan membanjiri vagina Rita.
“Oh, oh, oh yeah,”
Kataku
Aku tak kuasa menahan nikmat orgasme yang membuat seluruh tubuhku menegang.
Setelah kulepaskan penisku dari vagina Rita, air maniku sedikit menetes dari vaginanya. Aku berpikir,
“Bagaimana dengan bayi di dalam rahimnya ya?”
Kataku dalam hatiku
Karena aku baru saja memasukkan sperma dalam jumlah besar. Aku pernah mendengar kalau seorang wanita akan keguguran kalau diperkosa pada saat mengandung. Tapi kemudian aku berpikir lagi,
“Memang aku peduli? Aku rasa tidak! Lebih baik aku teruskan,
karena bagaimanapun sudah terlambat menyesal sekarang.”
Kataku lagi
Dalam hati
Setelah tenagaku pulih, aku siap untuk
bermain dengan tubuh Rita minimal satu kali lagi. Tubuh Rita kuposisikan agar
menungging, karena aku ingin memperkosanya dari belakang. Kunaikkan pantatnya ke
atas dan menciumi pantatnya. Pada saat sedang asyik menciumi, aku melibat
lubang anusnya. Aku terpana dengan gerakannya yang seakan mengundangku untuk
melakukan anal seks padanya. Namun, aku terpaksa harus menolak, karena jika
ketahuan ada bekas anal seks, mereka akan curiga.
Kumasukkan
sekali lagi penisku ke dalam vagina Rita dari belakang. Setelah posisiku
mantap, aku genjot vagina Rita dengan cepat dan kuat. Kini tak hanya terdengar
suara paha saja yang terdengar. Kini, suaranya terdengar lebih becek karena
banyaknya cairan dalam vagina Rita. Setelah puas dengan posisi menungging,
kuangkat tubuh Rita hingga dia berada dalam posisi mendudukiku. Aku harus terus
menahan tubuh Rita agar tak terjatuh. Posisi duduk membuat ukuran perut Rita
yang sedang hamil terlihat dengan jelas. Sambil terus merabai tubuhnya dari
belakang, aku terus menggenjot tubuh Rita.
Perut dan
payudara Rita bergoncang mengikuti gerakan genjotanku. Remasanku pada payudara
Rita semakin keras hingga air susunya memercik ke kasur. Namun, posisi duduk
cukup membuat pegal karena aku harus menahan berat tubuh Rita. Aku mengganti
posisi agar aku dapat kembali menikmati tubuh Rita dengan nyaman. Kurebahkan
tubuh Rita dengan posisi menyamping dan aku di belakangnya. Kuangkat kaki Rita
yang kanan dan menyelipkan kaki kananku di antara kaki Rita. Kemudian,
kumasukkan penisku kembali ke vagina Rita yang sudah becek karena cairan dari
vaginanya.
Kulanjutkan
genjotanku pada Rita, sambil menciumi seluruh tubuhnya. Tanganku meremas
payudaranya yang indah dengan keras. Puting payudara Rita kupuntir dan kucubit
sepuasnya. Setelah beberapa saat aku mulai mencapai puncak kenikmatanku. Aku
angkat kaki Rita agar aku dapat menggenjot vaginanya dengan kecepatan maksimal.
Dengan posisi berlutut aku menggenjot vagina Rita dengan kencang. Kuangkat
bagian bawah tubuh Rita agar mani yang kukeluarkan langsung masuk dan tak
tumpah kemana-mana. Saat mencapai orgasme aku tak kuasa menahan getaran
tubuhku.
“Oh! Ah! Oh!”
Aku melenguh
Aku menahan kenikmatan orgasme.
Setelah kucabut penisku, aku tetap mengangkat bagian bawah tubuh Rita agar air
maniku tidak keluar dari vagina Rita. Setelah beberapa saat, aku membersihkan
tubuh Rita yang penuh air liurku menggunakan kain lapel. Kubersihkan vagina Rita
dari air mani yang menetes. Kurapikan pakaian Rita dan kuposisikan seperti
orang yang tidur. Kubaringkan kedua anak Rita di tempat tidurnya. Kemudian aku
kembali mengawasi mesin prin yang ternyata kehabisan kertas. Jam setengah satu
Marwan pulang ke rumah dan menanyakan pekerjaanku. Perbedaannya malam itu tak
ada pertengkaran karena Rita masih tidur dan Marwan tidak menyadari apa yang
kulakukan pada istrinya.
Kini dengan
berbekal obat bius, setiap aku menginap di rumah Marwan aku selalu memperkosa
Rita. Rita dan Marwan tidak pernah menyadarinya atau tidak perduli aku tidak
tahu. Pernah beberapa kali aku memperkosa Rita saat Marwan sedang tidur di
sampingnya. Tentu saja aku harus keluar sebelum ada masalah yang terjadi yang
menyebabkanku masuk penjara. Karena memperkosa istri bosku sudah mulai
membosankan dan tidak menarik lagi, aku memutuskan keluar dari tempat kerja
Marwan. Aku keluar dari tempat kerja Marwan karena aku sudah muak kerja tanpa
dibayar oleh Marwan. Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar bahwa istri
Marwan telah melahirkan.
Saat aku berkunjung ke rumah Marwan, aku melihat bayi yang tadinya berada dalam
kandungan istri bosku. Anak Rita ternyata sangat lucu dan sehat tanpa ada cacat
sama sekali. Ternyata pemerkosaan yang kulakukan pada istri bosku sama sekali
tidak berpengaruh pada rahim Rita dan kandungannya.
Sekarang aku keluar untuk selamanya dari tempat kerja Marwan karena bosan,
sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar