Ratih adalah
seorang yatim piatu dan dia sejak kecil sudah dipelihara oleh sebuah rumah
yatim piatu X. Disaat tinggal bersama anak- anak lainnya di rumah panti asuhan
itu, Ratih tidak merasakan kesedihan setelah ditinggal oleh orang tuanya
sewaktu dia masih bayi karena kebahagiaan dan rasa aman yang diberikan oleh
pastur pembimbing. Namun demikian, kehidupannya mulai berubah sewaktu dia
berumur 13 tahun saat dia mulai diadopsi oleh pasangan Ibu Yuni dan Bapak Deni.
Setelah Ibu Yuni dan Bapak Deni mengurusi semua surat- surat yang berhubungan
dengan Ratih Suryani, akhirnya Ratih ikut dengan mereka ke rumahnya yang baru.
Rumah Ibu Yuni dan Bapak Deni sangat besar karena mereka termasuk orang strata
atas. Keluarga Ibu Yuni dan Bapak Deni menganggap Ratih Suryani sebagai anaknya
sendiri dan mengasuhnya dengan penuh kasih. Tepat sewaktu Ratih Suryani berumur
16 tahun, Ibu Yuni yang Ratih anggap sebagai ibunya sendiri meninggal dunia
akibat kanker yang menyerang otak tengahnya. Di penguburan Ibu Yuni, Ratih
hanya berdiam diri dan memandang makam Ibu Yuni dengan penuh kesedihan dan
begitu pula dengan Bapak Deni. Bapak Deni merasa tertekan sekali dengan
kematian istrinya yang sangat dia sayangi.
Semenjak kematian istrinya, kehidupan Bapak
Deni telah berubah. Kehidupannya sebagai seorang Direktur Muda di kantornya
yang penuh dedikasi dan dipenuhi oleh figur ayah telah berubah menjadi seorang
laki-laki buaya yang selalu membawa minuman keras dan perempuan malam setiap
kali dia pulang kantor. Ratih hanya berdiam diri melihat perubahan total ayah
tirinya itu, begitu pula dengan pembantu-pembantu yang telah setia menemani
keluarga itu sebelum Ibu Yuni meninggal dunia. Bentakan- bentakan dan perlakuan
kasar yang diberikan oleh Bapak Deni kepada supir dan pembantu rumah tangganya
membuat mereka menjadi tidak betah bekerja di situ dan akhirnya hanya tinggal
Bapak Deni dan Ratih Suryani yang tinggal di rumah itu. Suatu malam,
Bapak Deni pulang ke rumah dengan kondisi tubuh yang sangat payah. Sambil berjalan tergopoh-gopoh dan memegang Whiskey di tangan kirinya, dia membanting pintu rumahnya dengan keras dan berteriak-teriak memanggil Ratih,
“Ratihh .., kemarii.”
Kata Deni
Dia terjatuh
ke atas sofa yang terletak di dekat pintu masuk lalu membuka dasi dan kemeja
kerjanya. Tak lama kemudian, Ratih turun dari lantai atas rumahnya untuk
menemui Bapak Deni yang sedang on karena minuman keras yang mungkin dicampur
dengan ecstacy. Ratih mendekati ayah tirinya dengan penuh ketakutan karena
melihat kondisi ayah tirinya yang sedang mabuk itu. Tampang ramah Bapak Deni
yang biasanya Ratih sukai telah berubah menjadi sebuah tampang sangar yang
penuh dengan nafsu-nafsu setan di dalamnya. Dengan keadaannya yang sedang
mabuk, Bapak Deni menyuruh Ratih untuk memijat punggung Bapak Deni yang dia
rasakan pegal.
Sebagai seorang anak angkat, Ratih menuruti perintah ayah angkatnya dan dengan
jari-jarinya yang lentik, dia mulai memijat- mijat punggung ayah angkatnya.
Rupanya, tanpa sepengetahuan Ratih, pijatan- pijatan Ratih telah membangkitkan
nafsu birahi. Pak Deni menjadi lupa daratan bahwa Ratih adalah anak angkatnya
karena dengan kekuatannya, dia memegang tangan- tangan lentik Ratih yang sedang
memijatnya dan menciumnya.
Dengan refleks, Ratih menarik tangannya yang sedang diciumi oleh ayah angkatnya
dan itu membuat Pak Deni menjadi berang. Dia tidak menyadari bahwa orang yang
di hadapannya adalah anak angkatnya yang baru berusia 16 tahun, sedangkan Pak
Deni baru saja melewati ulang tahunnya yang ke 49. Sungguh jauh perbedaannya
tetapi nafsu setan telah menguasai hati nuraninya.
Dengan penuh ketakutan, Ratih menjauhi ayah
angkatnya tetapi rupanya kekuatan Pak Deni telah berhasil menguasai Ratih. Di
atas tangga, Pak Deni menindih tubuh Ratih yang sintal dan dia menciumi leher
Ratih yang jenjang. Sambil mengucurkan air mata, Ratih menyesali kenapa dia bersedia
turun sewaktu dipanggil tadi dan jika dia tidak memijat ayah angkatnya, hal
seperti ini tidak perlu terjadi.
Rupanya tangisan Ratih tidak merubah keadaan karena sewaktu lamunan Ratih
buyar, dia menyadari bahwa dia sekarang tidak berbusana lagi karena Pak Deni
telah menelanjanginya dan sekarang dia hanya dapat melihat sosok ayah angkatnya
yang sedang membuka pakaiannya dan dia akhirnya dapat melihat kemaluan ayah
angkatnya yang cukup besar dan Ratih tidak pernah melihat batang kemaluan dalam
bentuk apapun selama hidupnya. Pak Deni mulai mendekati anak angkatnya yang
sedang menangis.
“Jangan takut Ratih, sekarang saya akan memberikan kamu
kebahagiaan yang pasti belum pernah kamu terima dari siapapun.”
Kata Deni
Selesai dia mengucapkan kata-kata itu, Pak Deni langsung menjilati lubang kemaluan Ratih dengan ganasnya dan dia tidak peduli dengan tangisan dan teriakan Ratih.
“Jangan , Pak.. Jangan lakukan..”
Kata Ratih
Ia tidak bisa melakukan apa-apa akan tetapi rupanya Ratih merasakan sesuatu kenikmatan di saat lidah-lidah Pak Deni menyapu liang kenikmatan dan klitorisnya, sesuatu perasaan yang dia belum pernah nikmati selama hidupnya. Dia merasakan sesuatu yang sangat geli dan nikmat. Isakan tangis Ratih mendadak berubah total menjadi desahan- desahan yang sesekali memanjang dan tanpa dia sadari rupanya dia menjadi lupa daratan dan dia seakan mendorong-dorong kepala ayah angkatnya supaya dia bisa merasakan kenikmatan maksimal dari ayah angkatnya. Rupanya ini membuat Pak Deni menjadi sangat terangsang dan kemudian dia mengangkat tubuh anak angkatnya sambil mencium bibir Ratih untuk dibawa ke ranjang yang biasanya dia gunakan untuk bercinta dengan almarhum istrinya.
Pak Deni
meletakkan Ratih di atas ranjang dan kemudian dia bergerak maju, mengarahkan
batang kemaluannya ke atas bibir Ratih yang mungil dan menyuruh Ratih untuk
mengulumnya. Dengan perasaan jijik, ketakutan dan sedikit rasa birahi yang dia
sendiri tidak mengerti, Ratih mulai menjilati batang kemaluan ayah angkatnya
dan membuat Pak Deni menjadi refleks untuk memijat-mijat payudara Ratih yang
sudah cukup besar untuk gadis berusia 16 tahun. Pijatan Pak Deni membuat Ratih
menjadi terpancing gairahnya dan membuat dia mempercepat gerakan kuluman di
kemaluan Pak Deni. Sekarang Ratih menjadi tidak ketakutan seperti tadi dan
tampaknya dia mulai menyukai permainan yang dilakukan oleh Pak Deni.
Bermenit-menit lamanya Ratih menghisap-hisap batang kemaluan Pak Deni seperti
sewaktu Ibu Yuni memberikan dia permen lolly semasa hidupnya.
Tiba-tiba tubuh Pak Deni menjadi gemetar dan
dia berteriak sambil batang kemaluannya memuntahkan cairan sperma ke dalam
mulut Ratih yang mungil. Ratih merasakan jijik yang amat sangat karena pengaruh
bau alami yang muncul dari sperma itu tapi Pak Deni memaksanya untuk menelan
sehingga Ratih tidak mempunyai pilihan selain menelan cairan itu. Ratih
menganggap permainan itu telah selesai. Sayang sekali, dugaan Ratih salah
karena Pak Deni tanpa Ratih ketahui adalah seseorang yang cukup hiperseks. Setelah
dia puas memuntahkan cairannya ke dalam mulut Ratih, dia menggosok- gosokkan
batang kemaluannya sehingga batang kemaluannya menjadi semakin membesar dan
membuat Pak Deni ingin berbuat lebih jauh. Dengan nafsunya yang mulai bangkit
kembali, Pak Deni berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan
Ratih dan Ratih hanya dapat melihatnya dengan wajah polos yang penuh ketakutan
yang amat sangat.
Dia merasakan ketakutan karena dia melihat bahwa batang kemaluan ayah angkatnya yang cukup besar sedang berusaha memasuki perawannya yang lubangnya tentu masih sempit. “Bless. .”, masuklah batang kemaluan besar Pak Deni ke dalam liang kenikmatan Ratih dan membuat Ratih menjadi berteriak histeris karena kesakitan yang amat sangat dan terbukti karena darah segar perawannya mulai membasahi sprei ranjang Pak Deni. Sambil mendiamkan batang kemaluannya di dalam liang kewanitaan Ratih, Pak Deni mencium payudara Ratih yang membuat gairah yang Ratih tidak mengerti apa itu menjadi bangkit kembali dan Ratih ingin segera merasakan lebih dari apa yang dia rasakan sekarang. Mendadak Ratih menjadi liar, dia mendekap ayah angkatnya dan menaik-turunkan pantatnya secara otomatis sehingga menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi Pak Deni.
Hal ini membuat permainan mereka semakin menjadi Hot karena disaat pantat Ratih naik, Pak Deni mengikutinya dengan posisi menurunkan pantatnya. Hal ini tentunya menyebabkan kenikmatan sendiri bagi Pak Deni, begitu pula dengan Ratih. Permainan mereka menjadi menggila karena sekarang Ratih mulai mendesis-desis seperti ular yang kepanasan sedangkan Pak Deni mulai berteriak kenikmatan.
“Ooohh” ,
Desah Deny
Karena menindih putri angkatnya dengan batang kemaluannya yang sedang dipijat- pijat oleh lubang kemaluan anak angkatnya.
Gerakan
Ratih dan Pak Deni yang naik turun itu akhirnya menghasilkan sesuatu untuk
Ratih karena dia merasakan ada sesuatu yang hendak meledak di dalam dirinya dan
di saat batang kemaluan Pak Deni menyodok lubang kewanitaannya yang paling
dalam, Ratih akhirnya meledakkan cairan kewanitaannya dan dia merasakan suatu
sensasi kenikmatan yang belum pernah dia nikmati selama 16 tahun dan dia mulai
menyukainya karena di saat dia klimaks tersebut, dia langsung memeluk ayah
angkatnya dan menciumi Pak Deni dengan penuh nafsu sehingga membuat Pak Deni
menjadi semakin liar dalam bersenggama.
Berjam-jam
lamanya dan berkali-kali Ratih merasakan kenikmatan dunia yang belum pernah dia
rasakan dan sampai akhirnya, Ratih merasakan cairan laki-laki ayah angkatnya
yang membuat tubuh ayah angkatnya kejang untuk beberapa kali karena kenikmatan
yang baru saja terima dari anak angkatnya. Ratih memeluk ayah angkatnya karena
cairan sperma ayah angkatnya begitu hangat membasahi liang kewanitaannya dan
dia dapat melihat dengan jelas bahwa sekarang cairan Pak Deni telah menyatu
dengan darah perawannya yang mulai mengering. Kejadian itu tidak terjadi sekali
saja karena sekarang Ratih mulai menyukai apa yang disebut dengan senggama.
Bahkan, Pak Deni telah mengajari putri angkatnya gaya- gaya baru yang selalu
dipraktekkan dengan almarhum istrinya yang membuat istrinya semakin sayang
kepada Pak Deni. Kegilaan Pak Deni dan anak angkatnya terjadi terus-menerus
sampai di suatu ketika Pak Deni harus meninggalkan dunia ini karena kecelakaan
lalu lintas dan nasib Ratih, si anak yatim piatu itu tidak sampai di situ
karena perselingkuhannya dengan Pak Deni membuahkan sesuatu di dalam rahimnya.
Ratih hamil 2 bulan dan dengan segala kekayaan dari penjualan rumah dan isinya,
Ratih memulai hidup baru di Singapura dan karena biaya hidup di Singapura yang
tinggi, dia mati-matian menjadi seorang perempuan malam yang selalu menunggu
laki-laki yang bersedia memberikan dia beberapa ratus dollar untuk menghidupi
dirinya dan bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar